TUHAN BERPERKARA DENGAN UMATNYA
(MIKHA 6: 1-8)
Judul diatas terkesan agak aneh di telinga kita. Ya… bagaimana tidak… Istilah berperkara biasanya lekat dengan penuntutan di pengadilan. Misalnya Si A berperkara dengan saudaranya Si B soal warisan di pengadilan. Ini biasa kita dengar. Dalam perkara seperti itu endingnya ada yang kalah dan menang atau terjadi mediasi. Bagaimana kalau TUHAN berperkara dengan umat-Nya? Mari kita lihat bersama :
Jika TUHAN berperkara dengan umat-Nya dalam konteks bacaan hari ini berarti hati TUHAN sudah tidak senang/kecewa melihat tindak tanduk kehidupan umat-Nya. Israel.
Umat-Nya tidak sedang memraktikan kehidupan yang cocok dengan identitas sebagai umat TUHAN. TUHAN sedang tidak berkenan dengan segala tindakan ritual yang tidak sejalan dengan tindakan aktual umat-Nya.
“Bangkitlah, lancarkanlah pengaduan di depan gunung-gunung, dan biarlah bukit-bukit mendengar suaramu!
“Dengarlah, hai gunung-gunung, pengaduan TUHAN, dan pasanglah telinga, hai dasar-dasar bumi! Sebab TUHAN mempunyai pengaduan terhadap umat-Nya dan Ia berperkara dengan Israel.”
Pernyataan diatas adalah sesuatu yang amat serius yang dikatakan TUHAN kepada Israel. TUHAN sedang berperkara dengan Israel, dan secara metaforik menempatkan ciptaan TUHAN lainnya sebagai saksi atas tuntuntan itu. Gunung-gunung, dasar bumi diminta mendengar pengaduan TUHAN. Dalam paradigm Isreal dan masyarakat waktu itu, gunung dan dasar bumi adalah bagian ciptaan yang paling penting sebagai penyangga segala yang ada di bumi ini. Kalau gunung hancur dan dasar bumi itu runtuh maka seluruh bumi akan tenggelam dan keadaannya menjadi seperti dunia sebelum diciptakan yakni tohu wabohu (alias tidak berbentuk dan kosong serta yang ada hanya gelora samudra raya). Mereka itulah yang diminta sebagai saksi bagi pengaduan TUHAN.
“UmatKu, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku!
Apa artinya ini? Yang hendak dikatakan adalah bahwa TUHAN adalah Allah yang telah menyejarah (masuk dalam kehidupan Israel) untuk membentuk dan memproses mereka menjadi umat kepunyaan-Nya yang benar. Tetapi apa kenyataannya? Jauh panggang dari api… mereka benar-benar tidak bisa diatur. Ritual yang mereka lakukan hanya sebatas ritual formalitas tanpa ada dampak signifikan dalam kehidupan mereka. Istilah lainnya: Ibadah Ritual yang mereka lakukan (seperti berdoa, memberi persembahan, kurban bakaran) itu tidak sejalan dengan Ibadah Aktual dalam realitas hidup sehari-hari. Mereka merasa sudah beribadah dengan benar hanya dengan ibadah ritual. Tetapi dimata TUHAN itu sesungguhnya tidaklah benar. Makna dan aktualisasi ibadah ritual itu adalah dalam tindakan hidup secara aktual sehari-hari.
Dari pengaduan TUHAN dapat dirasakan: seakan-akan Israel itu seperti “kacang lupa kulitnya”. Lupa identitasnya. Tidak mau lagi setia dalam menghidupi apa yang TUHAN kehendaki. Karena itu TUHAN mengingatkan mereka kembali yakni bagaimana TUHAN telah menuntun mereka dari Mesir menuju Kanaan. Pembebasan dari dunia perbudakan dibawah pimpinan Musa dan Harun. TUHAN juga mengajak mereka untuk mengingat-ingat lagi akan peristiwa Bileam yang hendak mengutuk Israel tetapi bukan kutuk yang terlontar melainkan berkat karena kuasa TUHAN mengubahkan itu. Ingatlah itu hai Israel! INgatlah!
Hal yang menarik dikatakan Nabi Mikah yang berbicara mengatas-namakan Israel:
“Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah di tempat yang maha tinggi?
Korban bakaran lembu setahun? Ribuan domba jantan, puluhan ribu curahan minyak? Anak sulung? Untuk menghapus pelanggaran dan dosa ku?
Kata-kata retorik ini sesungguhnya adalah ungkapan yang hendak mengatakan bahwa semuanya itu tidak dapat dan tidak cukup kamu… hai Israel… lakukan untuk menyenangkan hatiKu dan menghapus semua pelanggaran karena dosamu! Tidak dengan semuanya itu!
Lalu apa yang TUHAN mau? Sebenarnya yang TUHAN kehendaki adalah apa yang kamu lakukan secara ritual mesti hidup dalam tindakan actual. Itulah yang dikatakan ayat 8:
"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
He has shown you, O man, what is good; And what does the Lord require of you
But to do justly, To love mercy, And to walk humbly with your God?
1. Berlaku adil (to act justly). Apa itu to act justly? Tidak lain dan tidak bukan adalah bentindak adil – bukan hanya berpikir adil tetapi melakukan keadilan. Bukan hanya dalam beribahdah formal tetapi dalam konteks kehidupan pergaulan sesehari. Memperlakukan orang lain dengan adil. Memberi persembahan dengan adil. Memberikan hak-hak orang dengan adil. Memberikan kesaksian yang benar dan adil dst.
2. Mencintai kesetiaan (to love mercy). Apa itu to love mercy? Bisa diterjemahkan menjadi mencintai belas kasih. Apa itu mencintai belaskasih? Itu sama dengan berbelaskasih alias suka memberi, suka menolong, berbelarasa, suka memperhatikan orang lemah dan membutuhkan, suka memberi tumpangan, pokoknya bermurah hati dst.
3. Hidup dengan rendah hati dihadapan Allah (to walk humbly with your God). Apa artinya? Tidak menjadi orang beriman yang arogan, tetapi mengikuti semua yang telah diajarkan Tuhan kepada kita dengan tekun dan setia. Dan menjadi rendah hati satu terhadap yang lainnya. Tuhan Yesus berkata: “… belajarlah kepadaKu sebab aku lembah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat kelegaan” (Mat. 11: 30) “…learn from Me, for I am gentle and lowly in heart, and you will find rest for your souls”
Ketiga hal tersebut adalah hal-hal baik yang mesti dihidupi oleh Israel. Nilai-nilai baik tersebut adalah aktualisasi konkret dari ibadah ritual (kurban bakaran/persembahan) yang mereka lakukan.
Apa yang dilakukan Israel bahwa mereka menganggap ibadah ritual itu cukup dan accomplished. Tetapi tidak! Malah itu akan kehilangan makna jika itu semua tidak nyata dalam tindakan adil, bermurah hati dan rendah hati.
Bagaimana dengan ibadah ritual anda? Bagaimana dengan ibadah aktual saudara? Apakah itu seiring sejalan? Apakah anda sudah bertindak adil, bermurah hati dan rendah hati dihadapn Tuhan? Jika tidak… maka TUHAN akan berperkara dengan anda! Jika kita hanya datang ke gereja tetapi mulai hari Senin sampai Sabtu selalu korupsi, tidak peduli dengan sesama yang miskin, maka TUHAN akan berperkara dengan anda! Bagaimana bentuknya? Ia akan meminta kepada saudara untuk membayar itu semua. Seperti Ia berperkara dengan Israel. Tuhan akan meminta semua yang tidak anda lakukan. Apakah anda mau berperkara dengan TUHAN ataukah hidup sesuai dengan yang diperintahkan-Nya? (EC)
Senin, 28 Oct 2024 | Oleh: admin sinode