Sinode
GKPB
BLOG
Sinode GKPB
Gereja Kristen Protestan di Bali
Jl. Raya Kapal No 20, Kapal - Mengwi - Mangupura - Bali
Telp: (0361) 4422726 / 4425117 | Email: sinode.gkpb@gmail.com
SIKAP TERHADAP PEMERINTAH (Roma 13:1-7)

Raja diatas segala raja dan Tuan diatas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut. Baginyalah hormat dan kuasa yang kekal (I Tim 6: 15,16)

Introitus (firman) ini menuntun kita untuk melihat teks hari ini yang menyoroti hal sikap kita sebagai gereja terhadap pemerintah. Pemerintah yang dimaksud tentunya telah melalui proses politik yang sah.
Secara etimologi kata politik berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani. Kata ini memiliki arti yaitu negara kota. Dari kata ini diperoleh maksud bahwa politik adalah serangkaian kegiatan yang terkait dengan pengambilan keputusan dalam kelompok, atau bentuk lain dari hubungan kekuasaan individu, distribusi sumberdaya air dan status.
 
Dari pengertian tersebut tampak bahwa pemerintah yang dihasilkan dari sebuah proses politik adalah baik yakni mengelola pemerintahan bagi keamanan dan kesejahteraan rakyatnya. Karena tujuan mulia tersebut maka Paulus mengajak setiap orang percaya untuk tunduk/hormat kepada pemerintah dimana kita hidup bermasyarakat. Adapun beberapa pertimbangan teologis:

1. Karena pemerintah berasal dari dan ditetapkan oleh Allah.

Apakah mengormati pemerintah bertentangan dengan iman Kristen? Pertanyaan ini seringkali datang kepada kita. Ada minimal dua sikap yang muncul terhadap pertanyaan tersebut yaitu: sikap yang anti pemerintah karena dianggap bertentangan dengan iman kristiani dan sikap yang dapat berjalan dengan pemerintah secara kritis.
Terhadap hal ini Paulus menulis kepada jemaat di Roma yang mengatakan bahwa: setiap orang (termasuk orang kristiani) harus takluk kepada pemerintah yang ada diatasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari dan ditetapkan oleh Allah. Dari pandangan teologis ini Paulus mengajak kita untuk melihat bahwa pemerintah adalah kepanjangan tangan Allah untuk menyelenggarakan pemerintahan di atas bumi ini demi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia.
Pandangan Paulus ini disampaikan kepada Jemaat di Roma yang notebene waktu itu sedang hidup dalam keadaan politik yang sangat tidak baik-baik saja bagi eksistensi kekristenan. Waktu itu Romawi sedang berada dibawah kekuasaan Kaisar Nero yang terkenal sangat kejam termasuk kepada orang-orang Kristen. Meskipun demikian Paulus mengajak Jemaat Roma untuk tunduk kepada pemerintah yang ada. Paulus mengajak mereka untuk tidak memberontak karena tekanan dan keadaan sulit yang sedang mereka hadapi, sebaliknya Paulus mengajak mereka untuk takluk dan menghormati pemerintah karena mereka ada dibawah kendali kedaulatan Allah. Artinya semua pemerintah diatas bumi ini ada dibawah kedaulatan Allah – yang dapat saja dipakai atau dilenyapkan seketika Allah kehendaki.
Semua yang ada diatas bumi ini diciptakan Allah, dipelihara Allah dan dikendalikan oleh Allah, termasuk pemerintah. Karena itu patutlah bagi kita semua untuk menghormati pemerintah.
Lebih lanjut Paulus menegaskan begini:
“…barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah, dan siapa yang melawannya akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seseorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya”


2. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu.

Sesungguhnya keberadaan pemerintah meskipun tidak sempurna, diletakkan oleh Allah menjadi hamba atau alat ditanggan-Nya demi kebaikan masyarakat. Tugas mereka adalah menjaga ketertiban, menegakkan keadilan, membangun keamanan dengan melindungi warganya dari ancaman. Itulah sebabnya dikatakan Paulus bahwa keberadaan mereka untuk kebaikanmu. Pemerintah adalah alat ditangan Allah untuk mendatangkan keadilan dan kesejahteraan. Karena itu jika kita taat kepada hukum dan aturan yang ada, maka kita sesungguhnya sedang ikut dalam rencana Allah untuk membangun masyarakat yang baik, teratur dan penuh damai.
Itulah spirit yang hendak dikatakan Paulus dalam ayat berikut ini:
“Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.”


3. Membayar pajak kepada pemerintah sebagai wujud tanggungjawab.


Yang seringkali terjadi adalah kita selalu berusaha menghindar agar tidak membayar pajak. Membayar pajak adalah sebuah kewajiban sebagai warga negara dan itu merupakan ungkapan ketaatan dan iman. Orang percaya pasti akan berusaha menunaikan segala kewajibannya bagi Negara. Tuhan Yesus sendiri penah mengatakan: “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”.
Hal ini ditegaskan kembali oleh Paulus demikian:
“Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.”

“Ah saya malas membayar pajak karena pajak yang dibayarkan rakyat dikorupsi dan dimanipulasi oleh oknum petugas pajak”. Itulah sering menjadi alasan kita untuk malas membayar pajak. Hal ini tidak dapat membuat kita menjadi apatis, sebab ada hukuman yang siap menanti orang yang melakukan korupsi dan manipulasi: baik hukuman yang ditetapkan pemerintah maupun hukuman dari Allah.
Sekali lagi mesti dikatakan adalah: meskipun pemerintah adalah kukuasan yang berkuasa mengatur masyarakat termasuk kita semua, namun tetap mereka ada dalam pantauan Allah. Allah berkuasa atas mereka. Bukan sebaliknya. Mereka yang mengabaikan kebaikan dan kesejahteraan warganya akan mendapat reward dari Allah. Itulah sebabnya intoritus kita berkata bahwa Allah kita adalah: Raja diatas segala raja dan Tuan diatas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut. Baginyalah hormat dan kuasa yang kekal.
Artinya sekuat dan sehebat apapun penguasa di bumi ini semua akan berkahir pada masanya. Hanya Allah yang tidak takluk kepada maut. Hanya Allah yang kekal. Ending dari segala yang ada termasuk penguasa dan pemerintah adalah Allah sendiri. Karena itu pemerintah yang lalim akan mempertanggung-jawabkan semuanya itu kepada Allah.

 

Selasa, 05 Nov 2024 | Oleh: admin sinode